Dulu Saya Juga Bingung Seperti Anda. Hingga Saya temukan Formula Khusus Agar Lulus Beasiswa Yang Saya Impikan.

Ini Adalah Cerita Sukses Saya

February 2018…

Beberapa jenis sakura mulai menunjukan kuncupnya. Tanda akan mekar dalam bilangan hari lagi dengan diselimuti oleh salju terakhir turun di penghujung bulan februari, sebagai penanda musim semi akan segera datang. Aku berdiri tepat di depan rumah sakit tempat hampir 5 tahun kebelakang ini menjadi rumahnya baik pagi, siang apalagi malam. Ruangan yang paling harus dikunjungi setiap jam 6 pagi adalah kamar mayat. Otopsi menjadi pekerjaan rutinku sebagai salah satu kewajiban di program doktoral yang ku ambil.

Aku tersenyum, bangga pada diri sendiri karena hari ini adalah waktunya Aku diwisuda. Tanpa bantuan beasiswa MEXT dari pemerintah Jepang, mungkin mimpi untuk mengenyam pendidikan di luar negeri tidak akan pernah terwujud. 

Sejenak pikiranku melayang. Semacam flashback dengan pengalamannya beberapa tahun lalu yang juga jatuh bangun mengejar basiswa. Berapa kalipun daftar beasiswa, sebanyak itu pula kegagalan yang akan diterima. Kadang hanya baru tahap pengecekan dokumen sudah kadung di tolak, beberapa kali tembus hingga tahap wawancara. Namun seringnya gagal mengirim dokumen karena perencanaan jadwal beasiswanya yang kacau. Beasiswa dalam negeri, luar negeri, beasiswa yayasan, bahkan beasiswa sekelas kabupaten yang tidak pernah absen untuk didaftar tak mampu ku taklukkan.

Belajar mulai dari IELTS sampai pada bayar mahal pemenang beasiswa untuk membimbing agar lulus juga terasa percuma. Hanya buang-buang waktu. Putus asa sudah asti. Menyerah, sudah berulang kali. Hingga saya berfikir bahwa kuliah lanjutan bukanlah milik orang-orang miskin. Seperti pepatah “orang miskin dilarang kuliah”. 

Pada akhirnya melakukan playing victim terhadap diri sendiri. Memang saya tidak jenius lah, Tuhan belum memberi kesempatan lah, Anak desa yang beda dengan anak kota yang pendidikannya bagus lah, dan berbagai pembenaran diri lainnya yang sebenarnya non sense!!!.

Faktanya saya masih mengulang kesalahan yang sama, seperti apa yang saya tulis dalam gambar. Terus saja mengulang pola yang sama dengan mengambil patokan “… Ah… Si A juga lulus beasiswa tanpa mentoring“. Tanpa tahu pasti bahwa si A mungkin saja mengikuti kelas mentoring tanpa saya ketahui!.

Kesalahan fatal yang saya lakukan sangat banyak. Mulai dari menulis dokumen Riset plan, Field of Study, Study Plan, Statement of purpose, Motivation Letter, dan Essay, semua mencontek dari Google. Sehingga begitu di cek plagiatism oleh penguji beasiswa dokumen saya lebih dari 20% terdeteksi plagiat. Belum lagi kesalahan-kesalahan fatal lainnya seperti mepet dalam mengirim dokumen, daftar dengan dokumen yang kurang lengkap, asal daftar namun tidak paham jenis beasiswa yang di daftar, selalu menarget beasiwa populer dunia, kekeh harus lulus di kampus 5 besar dunia sedang kemampuan dibawah rerata. Bahkan sebenarnya ditanya visi misi diri saja belum paham, apalagi penguasaan Academic English untuk kebutuhan kuliah s2/s3 yang memang penting masih jauh dari kata standar minimum.

Lalu memutuskan untuk mengikuti mentoring beasiswa.

Tahun 2007 saya mengejar mimpi saya yang tertunda. Saya memutuskaan untuk ikut mentoring di dalam dan luar negeri dengan satu sesinya berharga diatas 100 dolar dan setiap proses mentoring minimal harus mengambil 5 sesi. Kebayang kan mahalnya… Sedang saya masih sebagai mahasiswa dan mencari penghasiln dari kerja serabutan. Di mentoring-mentoring yang saya ikuti diajarkan mulai dari pola penulisan kalimat, pola Academic English, persiapan TOEFL/ IELTS, penulisan dokumen beasiswa yang baik dan benar, teori wawancara dan cara menjawabnya, latihan soal-soal ujian tulis beasiswa hingga cara menghubungi calon professor. Hasilnya baru beasiswa-beasiswa dalam negeri dan sesekali seminar gratis ke luar negeri yang saya dapatkan.

Berselang beberapa bulan baru ingat mengapa saya menjadi salah satu pemenang di ajang kompetisi ilmiah nasional dan juara ilmiah international. Bukan karena jagonya Bahasa Inggris, namun karena ilmu Potong Lintang dan kemampuan komunikasi efektif dan persuasif yang saya terapkan. Ditambah kemampaun public speaking yang dipelajari di International Toasmaster Group.

Ahaaa… Kenapa tidak coba menerapkan metode ini dalam setiap ujian beasiswa ya, Pikirku.

Penerapan ilmu ini menitik beratkan pada kemampuan penulisan ilmiah dengan mengabungkan 9 jurnal yang di rangkum menjadi hanya 1 paragraf saja. Metode ini wajib diteapkan pada pembuatan research plan yang terdiri dari alasan melakukan penelitian, teori yang mendasari, persentase kejadian, metodologi dan refrensi. Ini artinya dalam 1,5 lembar research plan mengandung minimal 36 jurnal international. Belum lagi dokumen lainya yang harus standar ilmiah tinggi. Wow. Sembari itu saya terus mengikuti mentoring cara memenagkan beasiswa di Singapore, Thailand dan negara lainya. Selain training-training lain di dalam negeri tentunya.

Dan…

Setelah saya menerapkan metode potong lintang, teknik komunikasi efective, Public speaking strategi penggunaan efective speaking english yang baik dan strategi untuk menaklukkan ujian wawancara dan metode yang saya dapatkan saat mentoring beasiswa. semuanya saya terapkan. Hasilnya… Ada yang dua kali lamar baru keterima, beberapa kali langsung dapat keterima tanpa perlu tes lanjutan dan Alhamdulillahnya sekali lamar beasiswa impian saya, MEXT Japan langsung keterima. Daftar lagi beasiswa lain di Eropa dan Amerika juga tidak mengecewakan. Sekarang saya sedang proses menyesuaikan waktu untuk pendidikan Post Doktoral. Amin

Kini saya sambil mengajar di beberapa kampus juga membuka kelas *Mentoring Beasiswa Dalam Dan Luar Negeri* Dengan Capaian *Lulus Diatas 85%*.

Tahu kenapa mereka yang ikut mentoring gampang lulus?

Karena :

• Training yang diberikan semua berdasar dari hasil pengalaman nyata yang saya alami selama bertahun-tahun. Sehingga lebih pas dan cocok untuk dibagikan kepada pemburu beasiswa.
• Metode potong lintang juga melahirkan banyak jurnal-jurnal ilmiah. Metode ini mendidik banyak  dosen yang sedang menempuh pendidikan s2/s3 yang juga sudah mempraktikkan dalam disertasi dan tesisnya.
• Efective Speaking juga sangat membantu dalam proses ujian wawancara beasiswa. Efective Speaking bukan sekedar mampu berbahahasa Inggris, namun harus sampai pada tahapan eligible to speak.
• Memenangkan beasiswa jadi mudah atau bukan suatu kesulitan yang berarti lagi. Jika sudah tau strategi dan karakter dari masing-masing beasiswanya yang akan di lamar.
• Menaklukkan sulitnya menulis dokumen beasiswa sudah dapat diatasi karena sudah paham patern step by stepnya yang diajarkan di kelas mentoring beasiswa saya.
• Manajemen gagal lulus beasiswa yang terkenal sulit diterapkan sudah dapat diminimalisir dan dijadikan kekuatan untuk lulus.
• Para pengejar beasiwa sudah tahu dokumen bagian mana yang memiliki nilai tinggi dan harus di sempurnakan untuk menambah nilai kelulusan.

✅ Paham strategi lulus beasiswa dalam dan luar negeri

✅ Paham strategi untuk memasukan dokumen ke 10% nilai teratas

✅ Paham apa yang harus dilakukan jika gagal mendapatkan beasiswa

✅ Paham mana dokumen yang bernilai tinggi saat mendaftar beasiswa tertentu

✅ Paham kapan waktu yang tepat untuk mendaftar beasiswa agar dapat pin tinggi

✅ Paham karakter dari masing – masing beasiswa yang dilamar dan apa yang meeka cari

✅ Paham kenapa kaka letingnya pada lulus beasiswa yang mereka impikan dengan mudah

✅ Paham step by step proses dari mendaftar hingga lulus setiap beasswa yang akan dilamar

✅ Paham dengan sekali belajar ilmu beasiswa dapat diterapkan untuk semua jenis beasiswa populer